Senin, 07 Mei 2012

Id Tech 5 Engine

Developer: id Software
Stable Release: Version 5
OS: PC, Mac OSX, Linux, Playstation 3, Xbox 360
John D. Carmack dari pihak id Software pertama kali memperlihatkan demo game engine ini pada event WWDC 2007. Id Tech 5 tampil sebagai salah satu engine open source, dimana pihak developer lainnya dapat menggunakan game engine ini untuk menciptakan game. Untuk sekarang ini sudah ada tiga game yang tampil menggunakan engine ini, yakni: Rage dan Doom 4 dari pihak developer id Software, serta game Prey 2 dari pihak developer Human Head Studio. Salah satu fokus utama Id Tech 5 adalah menciptakan sebuah game engine yang mudah digunakan oleh developer lainnya. Salah satu fitur utama dari Id Tech 5 adalah kemampuan untuk menampilkan tekstur yang sangat mendetail dan dukungan resolusi yang sangat tinggi (up to 128000 x 128000 pixel).
C



Features:
- Virtual Texturing (up to 128000 x 128000 pixel), teknologi ini adalah hasil upgrade dari fitur “Mega Texturing” yang digunakan dalam Id Tech Engine versi sebelumnya.
- Dynamic & Changeable World, teknologi ini membuat developer dapat menciptakan setting dunia game yang lebih mudah dan lebih fleksibel.
- Teknik visual efek yang diperbaharui lewat menggunakan fitur “Shadow Maps”, Dynamic HDR, dan termasuk visual efek yang mendukung DirectX 11.
- Dukungan multi-core support, termasuk proses pengerjaan physics yang lebih stabil.


Game Engine


SEJARAH GAME ENGINE

Istilah “Game Engine” muncul pada pertengahan 1990-an, terutama dalam kaitannya dengan game 3D seperti orang pertama shooters (FPS). (Lihat juga: pertama-orang jujur mesin).Begitulah popularitas id Software ’s Doom dan Quakepermainan yang, daripada bekerja dari nol, lain pengembangberlisensi bagian inti dari perangkat lunak dan grafis yang dirancang mereka sendiri, karakter, senjata, dan tingkat-”permainan isi” atau “permainan aset. “ Pemisahan permainan-aturan tertentu dan data dari konsep-konsep dasar seperti tabrakan dan permainanentitas yang berarti bahwa tim bisa tumbuh dan mengkhususkan.

Kemudian permainan, seperti Quake III Arena dan Epic Games ’s 1998 Unreal dirancang dengan pendekatan ini dalam pikiran, dengan mesin dan konten dikembangkan secara terpisah.Praktek seperti perizinan teknologi telah terbukti menjadi aliran pendapatan tambahan yang berguna untuk beberapa pengembang game, sebagai lisensi tunggal untuk high-end mesin permainan komersial dapat berkisar dari US $ 10.000 hingga jutaan dolar, dan jumlah pemegang lisensi dapat mencapai beberapa lusin perusahaan (seperti terlihat dengan Unreal Engine).Setidaknya, mesin dapat digunakan kembali membuat sekuel permainan berkembang lebih cepat dan lebih mudah, yang merupakan keuntungan berharga dalam persaingan industri video game.

Sekarang hampir semua perusahaan game memiliki game engine mereka sendiri, menggunakannya untuk membuat game mereka, dan menyimpannya untuk diri sendiri. Semakin lama kebutuhan untuk game engine yang makin modern semakin bertambah. Waktu demi waktu, game engine yang mereka kembangkan sendiri mulai dirasa terlalu mahal untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini memicu beberapa developer untuk menciptakan game engine yang terbuka untuk di franchise kan. Sebagai contoh adalah id Tech dan Unreal Engine. Game Engine yang dijual dan di franchisekan secara umum semacam ini disebut dengan middleware. Middleware menawarkan harga yang relatif lebih murah, dan bagi kebanyakan studio game, menggunakan middleware merupakan solusi cepat dan ekonomis ketimbang harus membangun sendiri engine game mereka. Konsep dari game engine sebenernya cukup gampang, yaitu bahan dasar yang diperlukan sebuah game untuk menjalankan tugasnya, merender pixel demi pixel, menghitung physiscs, memperkirakan input tombol, dan lain hal, yang memungkinkan developer kreatif dapat membuat sebuah game dengan engine yang sama menjadi unik satu sama lain. Di analogikan sebagai sebuah mobil, game engine sudah merupakan bagian mobil, sekitar 50% jadi. Mesin dan rangkaian sistem pengapian, sampai pembuangan. Kurang body dan aksesoris. Sebuah game engine memungkinkan penggunaan kembali komponen komponen yang dapat mempercepat hadirnya game menjadi nyata di layar monitor mu. Beberapa diantara nya yang termasuk dengan itu adalah deteksi tubrukan, tampilan grafis, setting dalam game, artificial intelligence dan lain lain. Semua komponen tadi disatukan dalam satu pake game engine. Artist dan Developer, dapat menambahkan pustaka texture dan model sendiri untuk dijadikan tokoh utama atau setting dunia dalam sebuah engine. Sekali lagi dalam analogi game, model dan texture dalam game engine bisa dibilang sebagai body dan aksesoris mobil. Sebuah game engine dibagi lagi menjadi dua bagian besar. Yaitu API dan SDK. API ( Applicaiton Programming Interfaces ) adalah bagian operating system, services dan libraries yang diperlukan untuk memanfaatkan beberapa feature yang diperlukan. Dalam hal ini contohnya DirectX. Sementara SDK adalah kumpulan dari libraries dan API yang sudah siap digunakan untuk memodifikasi program yang menggunakan operating system dan services yang sama. Biasanya, game engine menyertakan keduanya. Contohnya dalam Unreal Engine, menyiapkan antarmuka baku bagi programmer untuk menciptakan game nya dengan mudah, melalui scripting engine, yang disebut UnrealScript, dan juga libraries, yang berisi model standar dan texture standar dan juga world editor yang disebut sebagai UnrealED.

PENGERTIAN GAME ENGINE

Teknologi game dewasa ini memang sangat populer, bukan hanya dari segi permainan, grafik, serta efek-efek yang sangat bagus. Untuk menghasilkan game yang layak untuk dimainkan dan juga 'eye cading', tentunya membutuhkan sebuah perangkat bantu seperti game engine.

Game engine merupakan sebuah software yang memang sengaja dibuat untuk keperluan pembuatan dan pengembangan sebuah game. Dengan adanya game engine ini, memudahkan seorang pengembang untuk merancang game mulai dari rendering, visual, arsitektur, AI, dan bahkan sistem jaringan game itu sendiri. Jika game adalah jiwa para gamer, maka game engine adalah jiwa dari sebuah game.

Dengan adanya game engine ini, baik proses pembuatan dan pengembangan game menjadi lebih efisien waktu. Sering kita jumpai game-game yang dirancang untuk konsol dan desktop, sehingga tanpa game engine proses pembuatannya akan memakan waktu lebih lama. Dalam game engine sendiri terdapat tools atau alat pendukung yang berguna untuk rancang bangun sebuah game, antara lain : mesin render 2D dan 3D, script, collision detection, suara, grafik, animasi, kecerdasan buatan, menejemen memori, jaringan streaming.
 
 Perbandingan dari 2 Game Engine yaitu antara Blender dengan Swift 3D:


Blender

Keuntungan :

Kelebihan yang dimiliki Blender adalah dapat membuat game tanpa menggunakan program
tambahan lainnya, Karena Blender sudah memiliki “Engine Game” sendiri dan menggunakan “Python”
sebagai bahasa pemograman yang lebih mudah ketimbang menggunakan C++,C, dll.
Blender menggunakan “OpenGL” sebagai render grafiknya yang dapat digunakan pada
berbagai macam “OS” seperti Windows, Linux dan Mac OS X. Gambar berikut merupakan sebuah
“screenshot” dari salah satu project game yang dibuat menggunakan Blender
Sekarang ini Blender merencanakan sudah mengeluarkan versi yang terbarunya, yaitu Versi 2.49
yang lebih ditujukan untuk pembuat game. Karena Versi ini memiliki fitur-fitur baru yang dirancang
untuk membuat tampilan game yang lebih realistis dari pada versi sebelumnya.

Blender 2.49 memiliki fitur baru seperti :
* Video Texture
* Real-time GLSL Material
* Game Logic
* Bullet SoftBody
* Python Editor
* Multilayer Textures
* Physics
* Render Baking dan Normal Mapping dan masih banyak yang lainnya.
* Composite Adalah tempat menambahkan efek visual seperti pada gamabar berikut.

Untuk membuat game di Blender telah disediakan kemudahan oleh blender tanpa harus menggunakan “script” sedikitpun.

Kerugian :

Adapun kekurangan pada Blender, untuk penguasaannya sangat membuntuhkan waktu lama karena memang agak sulit dipahami terutama pada GUI nya.

Adobe Flash (Swift3D)

Kelebihan Swift3D

Merupakan tool yang simpel, tidak ribet, tinggal drag and drop.
Swift3D mendukung animasi objek 3D.
Animasi dapat diexport ke banyak file, misal avi, flv, swf, swt, dan ai.
Kita dapat memilih jenis rendering yang kita inginkan, yaitu raster (bitmap) dan vector. Jenis gambar raster lebih lama saat me-render, akan tetapi hasilnya lebih bagus. Sedang untuk vector, gambarnya satu warna atau gradasi warna vector (cocok untuk dimasukkan pada animasi vector flash).
Jika kita ingin membuat model yang simpel, maka swift3D bisa digunakan untuk membuatnya.
Kekurangan Swift3D

Sangat tidak cocok untuk membuat bentuk 3D yang kompleks. Jika ingin membuat bentuk 3D yang komplek kita harus menggunakan 3dsmax atau blender kemudian kita export dalam bentuk 3ds.
Susah untuk membuat animasi sendiri selain dari template animasi dari swift3D.
Kita tidak dapat memberikan efek pada objek, misal efek noise dll.
Jika kita ingin membuat sprite game berisikan animasi, mungkin cocok digunakan swift3D karena mengingat jika kita menggunakan 3D pada flash dengan engine seperti papervision3D, away3D, sandy3D, maka akan bertambah berat.
 

Referensi :
restupamujitriatmoko.blogspot.com/2012/04/game-engine.html
cakrawalamaya.blogspot.com/2012/03/pengertian-game-engine.html
motionstudio.wordpress.com/blender/